“Menggali Kekayaan Linguistik Dan Budaya Melalui Sinau Basa lan Sastra Cirebon”

oleh -143 views

JABARTANDANG.COM,” – Cirebon- Sebuah kegiatan yang inovatif  digelar di Cirebon, yakni “Sinau Basa lan Sastra Cirebon” yang diprakarsai oleh budayawan terkemuka, Papi Tanto atau Ki Tarubaya, pada 28/04/2024 dikediamannya di Desa Pamengkang Kabupaten Cirebon, Kegiatan ini mengungkap keunikan bahasa Bebasan Cirebon, yang merupakan campuran bahasa Jawa, Sunda, dan Melayu, serta mencakup ungkapan-ungkapan khas yang merefleksikan warisan budaya dan sejarahnya. Dengan fokus pada karakteristik linguistiknya yang unik, serta penekanan pada pentingnya memahami konteks budaya dan sejarah Cirebon, kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan dan memperkenalkan kembali bahasa Bebasan kepada generasi muda. Melalui upaya ini, Papi Tanto berharap agar generasi mendatang dapat lebih memahami dan menghargai warisan budaya yang kaya akan makna dan nasehat luhur dari para leluhur Cirebon.

Belajar memahami bahasa bebasan cirebon ternyata tidak semudah yang dibayangkan,
keunikan bahasa Bebasan Cirebon membahas aspek linguistik, sejarah, dan budaya. Keunikan bahasa ini mungkin termasuk campuran bahasa Jawa, Sunda, dan Melayu, serta ungkapan-ungkapan khas yang tidak ditemui dalam dialek lain. Selain itu,  bahasa bebasan dapat memperkenalkan pada konteks sejarah dan budaya di Cirebon yang mempengaruhi perkembangan bahasa Bebasan.

penekanan bisa diberikan pada karakteristik linguistiknya yang unik, seperti penggunaan kata-kata campuran dari bahasa Jawa, Sunda, dan Melayu. Sejarah perkembangan bahasa Bebasan juga bisa diuraikan, termasuk faktor-faktor budaya dan sejarah yang mempengaruhinya. Selain itu, kalimat atau kata-katanya dapat mencakup  ungkapan-ungkapan khas dalam bahasa Bebasan yang memberikan warna lokal bagi komunikasi di Cirebon. Dengan demikian, kita akan mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang kekayaan linguistik sejarah dan budaya di wilayah Cirebon.

Kegiatan yang cukup menarik dan positif ini belum pernah dilakukan sebelumnya oleh pihak atau lembaga manapun di cirebon kegiatan yang sudah berjalan kurang lebih sekitar 4 bulan yang lalu  mendapat banyak tanggapan positif dari beberpa kalangan. Terbukti dengan belasan orang yang mengikuti kegiatan ini tampak antusias mengikuti dan mendengarkan penjelasan dari guru yang juga seorang budayawan yang cukup dan cakap dalam menyampaikan materi sinau basa lan sastra cirebon adalah Mustakim Asteja. Yang mengatakan bahwa bahasa bebasan cirebon sangat unik, ada kandungan makna yang tersurat dan tersirat, sebelum mempelajari bahasa bebasan ini kata mustakim diperkenalkan terlebih dulu sejarah  budaya dan tradisi cirebon agar lebih mudah membaca dan mengucapkan kata dalam bahasa bebasan Cirebon,

Selaras dengan itu papi tanto sebagai tuan rumah, yang juga budayawan sekaligus inisiator dari kegiatan Sinau basa lan sastra cirebon sangat peduli dengan dengan peninggalan dari leluhur cirebon, dia mngatakan dengan adanya kegiatan ini saya ingin terus melestarikan budaya dan bahasa bebasan cirebon minimal dilingkungan keluarga sendiri ujarnya sebab anak-anak generasi sekarang sudah jarang sekali yang menggunakan bahasa bebasan dalam berkomunikasi sekalipun dengan keluarga makanya saya adakan kegiatan ini, yang dilaksanakan 2x dalam sebulan diharapkan peserta yang mengikuti kegiatan ini harus mulai membiasakan menggunakan bahasa bebasn dalam percakapan sehari-hari minimal dilingkungan keluarga sendiri Karena didalam bahasa bebasan cirebon itu mengandung unsur seni budaya dan sejarah yang harus kita lestarikan tutur papi tanto agar tidak kepatenan obor dalam arti tidak tau sejarah terangnya, lebih jauh papi tato mengatakan kalo satu bangsa atau generasi yang tidak tau sejarahnya sulit atau bahkan tidak akan bisa bangkit dimasa mendatang.

Dengan adanya kegiatan sinau basa lan sastra cirebon yang digagasnya papi tanto berharap generasi-generasi yang akan datang bisa lebih memahami sejarah budaya cirebon yang merupakan warisan dari para leluhur yang sarat akan makna dan nasehat-nasehat luhur yang diwariskan, saya mempunyai kewajiban moral selaku generasi tua untuk melestarikan warisan yang sarat akan nasehat luhur dalam menjalani kehidupan sehari-hari baik dengan keluarga tetangga maupun dalam berbangsa dan bernegara.

(Burhan)