Bogor-Jabartandang.com// Gunung ini dahulu dikenal dengan nama Sapto Argo, yang memiliki arti tujuh puncak. Berlokasi di selatan Jakarta, gunung berapi ini terletak di wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi.
Sejarah Gunung Salak menyimpan banyak catatan penting dari masa ke masa hingga sekarang menjadi legenda yang belum terpecahkan.
Kawasan ini dikelola oleh Perum Perhutani KPH Bogor sebelum akhirnya ditetapkan sebagai bagian dari Taman Nasional Gunung Halimun Salak sejak tahun 2003.
Dengan usia yang tergolong tua, gunung ini memiliki beberapa puncak, seperti Puncak Salak Satu dengan ketinggian 2.211 mdpl, Puncak Salak Dua setinggi 2.180 mdpl, dan Puncak Sumbul setinggi 1.926 mdpl.
Menariknya, nama Salak ternyata berasal dari bahasa Sansekerta “Salaka” yang berarti perak, bukan dari tanaman salak seperti yang banyak diduga.
Sebagai gunung api tipe strato, Gunung Salak tercatat beberapa kali mengalami erupsi.
Letusan paling dahsyat terjadi pada tahun 1699 yang bersifat magmatis dan merusak, meskipun catatan mengenai jumlah korban tidak diketahui.
Selain itu, letusan juga pernah terjadi pada tahun 1668-1669, tahun 1780-1787, tahun 1902-1903, dan tahun 1935. Erupsi terakhir tercatat pada tahun 1938 di Kawah Cikuluwung Putri.
Saat ini, kawah yang paling aktif adalah Kawah Ratu, yang juga dianggap sebagai kawah termuda di kawasan ini.Dan bisa di bilang sangat sakral.
Secara morfologi, kontur Gunung Salak dipenuhi dengan jurang curam dan hutan lebat, yang kerap membingungkan pendaki maupun pilot pesawat.
Selain sejarahnya yang menarik, keindahan alam Gunung Salak juga menjadi daya tarik bagi banyak pengunjung.Sehingga banyak orang yang datang ketempat tersebut.
Hutan lebat yang menutupi sebagian besar tubuh gunung menciptakan panorama alami yang menakjubkan. Berbagai flora dan fauna endemik menghuni kawasan ini, menjadikannya ekosistem yang kaya dan berharga.
Salah satu lokasi populer adalah Kawah Ratu yang kerap menjadi tujuan utama bagi pendakian.
Dan pengunjung.
Di lerengnya, terdapat Pura Parahyangan Agung Jagatkartta, sebuah pura Hindu besar yang dipercaya sebagai tempat petilasan Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran.
Berdasarkan cerita, Prabu Siliwangi menghilang di kawasan ini bersama para prajuritnya, yang konon menjelma menjadi harimau putih penjaga Tanah Sunda.
Kisah mistis di Gunung Salak menjadi bagian yang tak bisa dipisahkan dari reputasinya. Banyak pendaki melaporkan pengalaman aneh dan tak terduga selama berada di sana.
Salah satu cerita yang paling sering diceritakan adalah suara gamelan mistis yang muncul dari tengah hutan. Suara ini kerap memancing pendaki untuk mencari sumbernya, namun semakin dikejar, suara tersebut justru menjauh ke dalam hutan yang lebat.
Beberapa pendaki bahkan mengaku pernah bertemu sosok misterius, seperti nenek tua yang tiba-tiba muncul dan menghilang, hingga penjual pisang goreng di puncak gunung yang ternyata hanya sosok gaib.
Gunung Salak juga dikenal dengan kisah kampung setan yang dipercaya menjadi lokasi aktivitas makhluk tak kasat mata.
Salah satu pengalaman mistis datang dari seorang pendaki yang melihat sosok berpakaian hitam melambai ke arahnya. Tak lama setelah itu, cuaca buruk muncul secara tiba-tiba, memaksa rombongan untuk mendirikan tenda lebih awal.
Malam harinya, pendaki yang sama melihat sosok tentara berwajah pucat mengelilingi tenda mereka, ditemani seekor harimau besar dengan mata yang bersinar tajam. Kejadian ini berakhir setelah seseorang membaca doa di dekatnya.
Selain cerita misteri, ada beberapa pantangan yang dipercayai oleh penduduk setempat.
Salah satunya adalah larangan memetik bunga anggrek sembarangan di kawasan gunung. Banyak yang meyakini bahwa pelanggaran terhadap pantangan ini bisa membawa kesialan bagi pendaki.
Keindahan alam dan kisah mistis yang menyelimuti sejarah Gunung Salak menjadikannya salah satu destinasi yang penuh daya tarik sekaligus misteri.
Paduan antara kekayaan.(Ade)